Karawang,mediabarata.com – Produksi ikan pada Modeling Kawasan Tambak Budidaya Ikan Nila Salin di Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang ini telah menjalani penelitian dan riset selama dua tahun sejak tahun 2021.
Hal itu disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Terenggono usai menyampaikan laporannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peresmian Modeling Kawasan Tambak Budidaya Ikan Nila Salin pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) di Karawang, Rabu 8 Mei 2024.
“Saya sampaikan kepada Presiden bahwa pekerjaan ini, kita mulai sejak tahun 2023 tapi ini sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2021. Selama dua tahun itu kita melakukan penelitian dan riset untuk meningkatkan produksi udang pada awalnya,” ujar Menteri Trenggono.
“Jadi kita punya produksi yang ditargetkan pada waktu itu sebanyak 2 juta ton dengan jumlah lahan yang ada pantura diantaranya yang 78 ribu hektar itu dari 247.803 hektar produktivitasnya cuma 0,6 ton per hektar,” sambung Menteri Trenggono.
Lebih lanjut, Menteri Trenggono menyampaikan melihat di pantura sudah tidak memungkinkan lagi, dari tambak udang windu kemudian direvitalisasi menjadi udang yang sesungguhnya seperti udang faname.
“Karena lingkungannya tidak memungkinkan lagi untuk budidaya udang, maka bersama Dirjen Budidaya kita melakukan penelitian apakah ikan nila salin cocok untuk di wilayah pantura ini,” jelas Menteri Trenggono.
Kemudian, selama prosesnya pada tahun 2023 dengan anggaran sekitar Rp 46 miliar memulai budidaya ikan nila salin dengan luas lahan sekitar 83 hektar yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi 150 hektar.
“Rencananya di wilayah ini akan kita kembangkan menjadi 150 hektar. Kebetulan ini adalah tanah milik negara jadi lebih mudah KKP untuk melakukannya,” kata Menteri Trenggono.
Dengan rencana pengembangan tersebut diharapkan nanti produksi ikan nila salin mencapai target 10 ribu ton per tahun.
“Satu siklus itu delapan bulan, sehingga satu tahun per 10 ribu ton dengan berat satu ekor tidak kurang dari satu kilo, lebih sedikit tidak apa-apa. Kemudian bisa di filet untuk kebutuhan industri,” ungkapnya.
Menurut Menteri Trenggono di wilayah pantura ini memiliki potensi 78 ribu hektar, jika ini dikerjakan mampu memproduksi sebanyak 4 juta ton setiap tahunnya.
“Untuk pemenuhan kebutuhan pasar lokal sendiri juga cukup besar sekitar 1,3 juta ton atau sekitar 9 persennya. Tentunya ini akan menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan,” tutup Menteri Trenggono. ***